Dr.
Ir. Ciputra saat ini dikenal sebagai sosok penyebar entrepreneurship di
Indonesia. Dalam setiap kesempatan, beliau selalu menanamkan pentingnya
entrepreneurship untuk membuat bangsa Indonesia maju.
Kiprah Pak Ciputra, diapresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan memberikan dua rekor, yakni sebagai entrepreneur peraih penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan entrepreneurship kepada dosen terbanyak. Pa Ciputra melalui Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) telah memberikan pelatihan entrepreneurship kepada setidaknya 1.231 dosen. Pak Ciputra pun juga dinobatkan sebagai Entrepreneur of The Year 2007 versi Ernst & Young.
Setelah sukses dengan berbagai mega proyek properti yang ditanganinya, Pak Ci juga terpanggil untuk membantu dunia pendidikan di Indonesia. Untuk itu Pak Ciputra membuat sekolah-sekolah unggulan yang mementingkan proses belajar kreatif untuk menciptakan manusia unggul dengan mengedepankan entrepreneurship.
Di Balik Kilau Prestasi Pak Ciputra
Tidak ada entrepreneur yang muncul begitu saja. Entrepreneur merupakan sebuah pribadi unggul yang terbentuk karena berbagai macam faktor dan pengaruh. Di balik kemilau prestasi seorang entrepreneur dapat dipastikan selalu ada serangkaian momen dalam kehidupannya yang memiliki arti siginifikan bagi pencapaian keberhasilannya di waktu-waktu selanjutnya. Terdapat begitu banyak perjuangan, pengorbanan, dan tekanan baik fisik, psikologis, maupun mental yang harus dilewati dan ditaklukkan oleh seorang individu agar ia layak menyandang predikat “entrepreneur sejati”.
Hal serupa juga harus dihadapi oleh Ciputra muda yang di awal-awal kehidupannya sudah harus berkutat dengan perjuangan hidup yang sungguh tidak mudah dilalui. Menilik kisah hidup Pak Ciputra membuat kita percaya bahwa perjalanan menjadi seorang entrepreneur andal tidaklah semudah dan sesederhana yang kita duga.
Perjuangan Awal Ciputra Muda
Pak Ciputra terlahir sebagai anak ketiga dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio di kota kecil bernama Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931. Keluarga sederhana ini menjalankan sebuah usaha kecil berupa toko kelontong di rumah mereka di Bumbulan, sebuah tempat yang berjarak 150 kilometer dari Gorontalo. Beliau menjadi anak yatim sejak usia 12 tahun karena sang ayah ditangkap tentara pendudukan Jepang dengan tuduhan palsu menjadi mata-mata Belanda dan akhirnya meninggal. Keluarga itu semakin terpuruk setelah Jepang menutup satu-satunya usaha tumpuan hidup mereka yang berupa toko kelontong. Akhirnya keluarga Ciputra muda harus menderita dalam kemiskinan.
Kegetiran masa kanak-kanak yang diakibatkan meninggalnya sang ayah dan kemiskinan yang mendera menjadikan Ciputra muda bercita-cita untuk bekerja keras dan belajar demi membebaskan diri dan keluarga dari kemiskinan. Tekad baja Ciputra muda dibuktikan dengan memasuki bangku sekolah dasar meski usianya sudah mencapai 12 tahun saat itu. Sebelum belajar di sekolah, ia harus bangun jam 5 pagi, memberi makan hewan-hewan ternaknya dan bersiap ke sekolah. Karena tidak memiliki kendaraan dan sekolahnya cukup jauh, ia harus terbiasa berjalan kaki setiap pagi sejauh 7 kilometer untuk sampai ke sekolah. Ia kembali pulang ke rumah dari sekolah dengan perut yang kosong. Belum lagi jika hari hujan saat hendak berangkat sekolah, ia harus kerepotan membungkus bajunya dalam daun woku (sejenis tanaman palem) agar tetap kering dan bisa dipakai di sekolah.
Meski pada dasarnya ia terlambat menempuh pendidikan, Ciputra tidak merasa rendah diri apalagi patah arang. Saat mencapai usia 16 tahun, Ciputra lulus dari bangku sekolah dasar untuk kemudian meneruskan pendidikan ke jenjang menengah di sebuah SMP di Gorontalo dan SMA di kota Manado. Sebuah prestasi di bidang olahraga juga diraih Ciputra muda dengan terpilih sebagai atlet lari 800 dan 1500 meter di PON (Pekan Olahraga Nasional) II sebagai wakil dari Sulawesi Utara. Walaupun harus bekerja keras, Ciputra muda tetap dapat menunjukkan prestasi belajar yang memuaskan.
Pendidikan Menjadi Kunci Utama
Dengan keyakinan kuat bahwa pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih cerah dan gemilang, setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya, beliau meninggalkan Sulawesi untuk menuju Pulau Jawa. Beliau ingin memasuki perguruan tinggi di Jawa. Maka dari itu, masuklah Ciputra muda ke jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB), yang sesuai dengan bakat dan minatnya untuk menjadi seorang arsitek.
Semasa menuntut ilmu di Bandung, Ciputra muda mengisi hari-harinya dengan kerja keras dan belajar. Tidak ada waktu senggang yang dimanfaatkan hanya untuk berhura-hura. Ciputra muda terus mengasah diri untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Semua ilmu dan ketrampilan yang diperoleh semasa muda ini membuat Ciputra menjadi sangat menghargai arti pendidikan dalam pembangunan karakter dan kepribadian seorang individu, terutama yang hendak menjadi entrepreneur. Pendidikan, tidak memandang jenisnya (formal, informal, atau non normal, akademis maupun non akademis), akan selalu memiliki kontribusi positif terhadap kualitas pribadi seorang calon entrepreneur. Dan idealnya proses belajar ini tidak hanya dilakukan saat masih muda, tetapi juga diteruskan hingga akhir hayat.
Pak Ciputra menekankan pentingnya sebuah sistem pendidikan yang bersifat holistik atau menyeluruh bagi terbentuknya pribadi-pribadi independen dan utuh. Bagi Pak Ciputra secara pribadi, pendidikan telah memberikan bukti nyata bahwa dengan didukung oleh pendidikan, ia telah berhasil melakukan perbaikan dalam kualitas kehidupannya secara umum.
Ciputra: Pekerja dan Pelajar Abadi
Bagi seorang entrepreneur sejati, bekerja dan belajar merupakan dua aktivitas yang harus seiring sejalan. Tidak ada alasan untuk berhenti belajar atau bekerja meski usia terus menanjak atau sudah merasa dalam tahap mapan. Dunia bisnis terus mengalami perkembangan dan perubahan sehingga untuk terus dapat bertahan dan berkarya, seorang entrepreneur harus terus belajar dan bekerja mengenai apa saja.
Satu teladan lain yang dicontohkan Pak Ciputra ialah saat bekerja kita harus seolah menjadi seorang pelajar yang selalu ingin tahu. Dan saat bekerja kita harus menjadi seorang pekerja yang penuh tanggung jawab. Melalaikan tanggung jawab merupakan sebuah petaka bagi seorang entrepreneur karena hal itu akan mencederai reputasinya dalam berbisnis.
Selain itu, pengalaman bekerja yang kita lakukan saat belajar dapat menjadi sarana pembelajaran yang sangat bermanfaat dan tak ternilai harganya saat kita terjun dalam dunia bisnis yang sebenarnya.
Kiprah Pak Ciputra, diapresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan memberikan dua rekor, yakni sebagai entrepreneur peraih penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan entrepreneurship kepada dosen terbanyak. Pa Ciputra melalui Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) telah memberikan pelatihan entrepreneurship kepada setidaknya 1.231 dosen. Pak Ciputra pun juga dinobatkan sebagai Entrepreneur of The Year 2007 versi Ernst & Young.
Setelah sukses dengan berbagai mega proyek properti yang ditanganinya, Pak Ci juga terpanggil untuk membantu dunia pendidikan di Indonesia. Untuk itu Pak Ciputra membuat sekolah-sekolah unggulan yang mementingkan proses belajar kreatif untuk menciptakan manusia unggul dengan mengedepankan entrepreneurship.
Di Balik Kilau Prestasi Pak Ciputra
Tidak ada entrepreneur yang muncul begitu saja. Entrepreneur merupakan sebuah pribadi unggul yang terbentuk karena berbagai macam faktor dan pengaruh. Di balik kemilau prestasi seorang entrepreneur dapat dipastikan selalu ada serangkaian momen dalam kehidupannya yang memiliki arti siginifikan bagi pencapaian keberhasilannya di waktu-waktu selanjutnya. Terdapat begitu banyak perjuangan, pengorbanan, dan tekanan baik fisik, psikologis, maupun mental yang harus dilewati dan ditaklukkan oleh seorang individu agar ia layak menyandang predikat “entrepreneur sejati”.
Hal serupa juga harus dihadapi oleh Ciputra muda yang di awal-awal kehidupannya sudah harus berkutat dengan perjuangan hidup yang sungguh tidak mudah dilalui. Menilik kisah hidup Pak Ciputra membuat kita percaya bahwa perjalanan menjadi seorang entrepreneur andal tidaklah semudah dan sesederhana yang kita duga.
Perjuangan Awal Ciputra Muda
Pak Ciputra terlahir sebagai anak ketiga dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio di kota kecil bernama Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931. Keluarga sederhana ini menjalankan sebuah usaha kecil berupa toko kelontong di rumah mereka di Bumbulan, sebuah tempat yang berjarak 150 kilometer dari Gorontalo. Beliau menjadi anak yatim sejak usia 12 tahun karena sang ayah ditangkap tentara pendudukan Jepang dengan tuduhan palsu menjadi mata-mata Belanda dan akhirnya meninggal. Keluarga itu semakin terpuruk setelah Jepang menutup satu-satunya usaha tumpuan hidup mereka yang berupa toko kelontong. Akhirnya keluarga Ciputra muda harus menderita dalam kemiskinan.
Kegetiran masa kanak-kanak yang diakibatkan meninggalnya sang ayah dan kemiskinan yang mendera menjadikan Ciputra muda bercita-cita untuk bekerja keras dan belajar demi membebaskan diri dan keluarga dari kemiskinan. Tekad baja Ciputra muda dibuktikan dengan memasuki bangku sekolah dasar meski usianya sudah mencapai 12 tahun saat itu. Sebelum belajar di sekolah, ia harus bangun jam 5 pagi, memberi makan hewan-hewan ternaknya dan bersiap ke sekolah. Karena tidak memiliki kendaraan dan sekolahnya cukup jauh, ia harus terbiasa berjalan kaki setiap pagi sejauh 7 kilometer untuk sampai ke sekolah. Ia kembali pulang ke rumah dari sekolah dengan perut yang kosong. Belum lagi jika hari hujan saat hendak berangkat sekolah, ia harus kerepotan membungkus bajunya dalam daun woku (sejenis tanaman palem) agar tetap kering dan bisa dipakai di sekolah.
Meski pada dasarnya ia terlambat menempuh pendidikan, Ciputra tidak merasa rendah diri apalagi patah arang. Saat mencapai usia 16 tahun, Ciputra lulus dari bangku sekolah dasar untuk kemudian meneruskan pendidikan ke jenjang menengah di sebuah SMP di Gorontalo dan SMA di kota Manado. Sebuah prestasi di bidang olahraga juga diraih Ciputra muda dengan terpilih sebagai atlet lari 800 dan 1500 meter di PON (Pekan Olahraga Nasional) II sebagai wakil dari Sulawesi Utara. Walaupun harus bekerja keras, Ciputra muda tetap dapat menunjukkan prestasi belajar yang memuaskan.
Pendidikan Menjadi Kunci Utama
Dengan keyakinan kuat bahwa pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih cerah dan gemilang, setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya, beliau meninggalkan Sulawesi untuk menuju Pulau Jawa. Beliau ingin memasuki perguruan tinggi di Jawa. Maka dari itu, masuklah Ciputra muda ke jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB), yang sesuai dengan bakat dan minatnya untuk menjadi seorang arsitek.
Semasa menuntut ilmu di Bandung, Ciputra muda mengisi hari-harinya dengan kerja keras dan belajar. Tidak ada waktu senggang yang dimanfaatkan hanya untuk berhura-hura. Ciputra muda terus mengasah diri untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Semua ilmu dan ketrampilan yang diperoleh semasa muda ini membuat Ciputra menjadi sangat menghargai arti pendidikan dalam pembangunan karakter dan kepribadian seorang individu, terutama yang hendak menjadi entrepreneur. Pendidikan, tidak memandang jenisnya (formal, informal, atau non normal, akademis maupun non akademis), akan selalu memiliki kontribusi positif terhadap kualitas pribadi seorang calon entrepreneur. Dan idealnya proses belajar ini tidak hanya dilakukan saat masih muda, tetapi juga diteruskan hingga akhir hayat.
Pak Ciputra menekankan pentingnya sebuah sistem pendidikan yang bersifat holistik atau menyeluruh bagi terbentuknya pribadi-pribadi independen dan utuh. Bagi Pak Ciputra secara pribadi, pendidikan telah memberikan bukti nyata bahwa dengan didukung oleh pendidikan, ia telah berhasil melakukan perbaikan dalam kualitas kehidupannya secara umum.
Ciputra: Pekerja dan Pelajar Abadi
Bagi seorang entrepreneur sejati, bekerja dan belajar merupakan dua aktivitas yang harus seiring sejalan. Tidak ada alasan untuk berhenti belajar atau bekerja meski usia terus menanjak atau sudah merasa dalam tahap mapan. Dunia bisnis terus mengalami perkembangan dan perubahan sehingga untuk terus dapat bertahan dan berkarya, seorang entrepreneur harus terus belajar dan bekerja mengenai apa saja.
Satu teladan lain yang dicontohkan Pak Ciputra ialah saat bekerja kita harus seolah menjadi seorang pelajar yang selalu ingin tahu. Dan saat bekerja kita harus menjadi seorang pekerja yang penuh tanggung jawab. Melalaikan tanggung jawab merupakan sebuah petaka bagi seorang entrepreneur karena hal itu akan mencederai reputasinya dalam berbisnis.
Selain itu, pengalaman bekerja yang kita lakukan saat belajar dapat menjadi sarana pembelajaran yang sangat bermanfaat dan tak ternilai harganya saat kita terjun dalam dunia bisnis yang sebenarnya.
Pria yang akrab disapa Pak Ci ini
bisa disebut maestro entrepreneurship. Melalui tangannya, sesuatu yang
tidak berharga dapat berubah menjadi emas. Pa Ci membagi resep
suksesnya menjadi entrepreneur dalam buku The Ciputra's Way (Praktik Terbaik Menjadi Entrepreneur Sejati) karya Andrias Harefa dan Even Ezer Siadari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
please isi yupz