Senin, 05 April 2010

PENDUDUK DAN PENGANGGURAN

A. PENDUDUK
Salah satu perintang pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang
berkembang dan yang sekaligus merupakan ciri negara-negara tersebut ialah
adanya ledakan penduduk. Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan
ekonomi adalah meningkatkan standar hidup penduduk negara yang
bersangkutan, yang biasa diukur dengan kenaikan penghasilan riil perkapita.
Penghasilan riil per kapita adalah sama dengan pendapatan nasional riil atau
output secara keseluruhan yang dihasilkan selamam satu tahun dibagi dengan
jumlah penduduk seluruhnya. Jadi standar hidup tidak dapat dinaikkan kecuali
jika output meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah
penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output total diperlukan
penambahan investasi yang cukup besar agar supaya dapat menyerap
pertambahan penduduk; yang berarti naiknya penghasilan riil per kapita.
Ada teori-teori yang memperbincangkan mengenai berapa jumlah
penduduk yang seharusnya atau yang cocok bagi suatu negara. Untuk itu ada
teori penduduk yang dikenal dengan “teori penduduk optimum” (optimum
population theory). Adapun yang dimaksud dengan penduduk optimum ialah
jumlah penduduk yang dapat memberikan/menghasilkan tingkat upah riil atau
tingkat penghasilan riil per kapita yang maksimum.
Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Kapasitas yang rendah dari negara sedang berkembang untuk
meningkatkan output totalnya harus diimbangi dengan penurunan tingkat
perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil per kapita akan dapat
meningkat. Dengan kapasitas yang rendah untuk menaikkan output totalnya
dan tanpa diimbangi dengan turunnya tingkat perkembangan penduduk, maka
akan terjadi penundaan pembangunan ekonomi.
Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negara-negara sedang
berkembang, yaitu:
· Adanya tingkat berkembangan penduduk yang relatif tinggi.
· Adanya struktur umum yang tidak favorabel.
· Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang.
· Tidak adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
1. Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak ada keragu-raguan terhadap sejarah di negara-negara yang
sudah maju bahwa pertambahan penduduk yang pesat justru menyumbang
terhadap kenaikkan penghasilan riil per kapita. Ini disebabkan karena
negara-negara yang sudah maju tersebut telah siap dengan tabungan yang
akan melayani kebutuhan investasi. Tambahan penduduk justru akan
menambah potensi masyarakat untuk menghasilkan dan juga sebagai
sumber permintaan yang baru. A. Hansen mengenai stagnasi secular, yang
mengatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk justru akan
menciptakan/memperbesar permintaan agregatif, terutama investasi. Para
pengikut Keynes tidak melihat tambahan penduduk sekedar sebagai
tambahan penduduk saja, tetapi juga melihat adanya suatu kenaikkan
dalam daya beli (purchasing power). Di samping itu para pengikut Keynes
juga menganggap adanya kemajuan, meningkatnya produktivitas tenaga
kerja dan permintaan tenaga kerja ini akan selalu mengiringi kenaikkan
jumlah penduduk.
Produktivitas penduduk di negara-negara sedang berkembang
adalah rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena
sebagian besar penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian besar
berasal dari sektor pertanian, maka hampir semua penghasilan yang
didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Seandainya ada sisa, hanya relatif
kecil jumlahnya. Akibatnya tingkat investasi juga akan rendah. Jadi
negara-negara sedang berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan
yang tinggi antara jumlah manusia dan jumlah faktor-faktor produksi yang
lain, perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan
diseconomies of scale. Di negara- negara sedang berkembang di amna
kepadatan penduduk yang cepat akan dapat pula mendorong
perkembangan ekonomi, apabila kapital dan kemampuan manajerial
termasuk organisasi dan administrasi dapat mengimbangi tantangan
penduduk tersebut.
2. Struktur Umur yang tidak Favorable
Negara sedang berkembang memiliki tingkat kelahiran yang tinggi
dan tingkat kematian yang rendah. Hal ini mengakibatkan adanya
segolongan besar penduduk usia muda lebih besar proporsinya daripada
golongan penduduk usia dewasa.Keadaan penduduk yang seperti ini
disebut sebagai penduduk yang berciri “expensive”.
Ini merupakan kebalikan dari keadaan di negara-nagara yang telah
maju. Pada tahun 1950, negara-negara yang sedang berkembang (Asia,
Afrika dan Amerika Latin), 40% atau lebih dari total penduduknya
berumur di bawah 15 tahun. Dengan adanya tingkat kelahiran yang tinggi
dan tingakt perkembangan penduduk yang cepat di negara-negara sedang
berkembang, maka negara-negara itu akan selalu memiliki struktur
penduduk yang sebagian besar adalah usia muda. Sehubungan dengan
struktur umur penduduk kita kenal konsep “angka beban tanggungan”
(dependency ratio) yang menyatakan perbandingan antara banyaknya
orang tidak produktif (penduduk umur di bawah 15 tahun dan di atas 65
tahun) dan orang yang produktif (penduduk umur 15 – 65). Umumnya
negara sedang berkembang memiliki angka beban tanggungan yang tinggi
karena besarnya jumlah penduduk usia muda. Proporsi yang besar dari
penduduk usia muda ini tidak menguntungkan bagi pembangunan
ekonomi, karena:
a. Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka
penghasilan per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan
bukan sebagai produsen dalam perekonomian tersebut.
b. Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu
negara akan mengakibatkan alokasi faktor-faktor produksi ke arah
“investasi-investasi sosial” dan bukan ke “investasi-investasi kapital”.
Oleh karena itu paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
3. Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya telah dihubungkan
dengan daerah-daerah yang secara ekonomis telah maju dan berrsifat
industri. Tingkat urbanisasi ini mempunyai pengaruh dan akibat-akibat
yang berbeda di negara-negara yang sudah maju bila dibandingkan dengan
dinegara-negara yang seadng berkembang. Di negara-negara yang sudah
maju hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja di sektor pertanian.
Urbanisasi biasanya terjadi karena adanya tingkat upah yang lebih menarik
di sektor industri (di kota) daripada tingkat upah di desa (sektor pertanian).
Untuk negara sedang berkembang, hal ini dapat mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan perkembangan ekonomi anar sektor pertanian
dan sektor industri, yaitu bila urbanisasi terus terjadi sampai kekurangan
tenaga kerja muncul sebagai masalah di sektor pertanian. Dengan
demikian maka sektor pertanian tidak cukup dapat menyediakan barangbarang
ataupun jasa-jasa yang dibutuhkan oleh sektor industri. Akibatnya
perkembangan akan tergantung dari sektor perdagangan internasional.
Keinginan untuk mencapai perkembangan yang seimbang antara dua
sektor itu juga merupakan masalah yang tidak mudah diatasi, karena
adanya keharusan dalam membagi jumlah tabungan yang terbatas, di
antara investasi sosial dan investasi kapital yang produktif.
4. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan penghalang
pembangunan ekonomi suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya
tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya
perkembangan ekonomi, terutama industri, jelas sekali dibutuhkan lebih
banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat
membaca dan menulis. Dengan kata lain pendidikan merupakan faktor
penting bagi berhasilnya pembangunan ekonomi. Bahkan menurut
Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya
disbanding faktor-faktor produksi lain.
Ledakan Penduduk
Dari banyak penelitian kita mengetahui bahwa faktor utama yang
menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat
kelahiran dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Dua faktor pertama
yang sangat besar peranannya dalam mempengaruhi laju pertumbuhan
penduduk.
1. Tingkat Kematian (Death Rate)
Ada empat faktor yang menyumbang terhadap penurunan angka kematian
pada umumnya:
a). Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan
meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamaian
dunia yang cukup lama.
b). Adanya perbaikkan pemeliharaan kesehatan umum (kesehatan
masyarakat), maupun kesehatan individu.
c). Adanya kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran serta diperkenalkannya
lembaga-lembaga kesehatan umum yang modern, sehingga dapat
mengurangi jumlah orang yang terserang penyakit.
d). Meningkatnya penghasilan riil per kapita, sehingga orang mampu
membiayai hidupnya dan bebas dari kelaparan dan penyakit, dan
selanjutnya dapat hidup dengan sehat.
2. Tingkat Kelahiran (Birth Rate)
Di negara-negara industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus di
samping adanya penurunan tingkat kelahiran; misalnya di perancis, Amerika
Serikat dan inggris, tingkat kelahiran terus menurun sejak abad kesembilan
belas sampai awal abad ini. Hanya setelah perang dunia ke-II, tingkat
kelahiran meningkat dan mempercepat tingkat pertambahan penduduk.
Tingkat kelahiran lebih dihubungkan dengan perkembangan ekonomi
melalui pola-pola kebudayaan seperti: umur perkawinan, status wanitanya,
kedudukan antara rural dan urban serta sifat-sifat dari sistemfamili yang ada.
Di negara-negara yang sudah maju, terutama di negara-negara barat,
penurunan tingkat kematian sungguh-sungguh telah diikuti oleh suatu
penurunan tingakt kelahiran pula.
3. Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan
penduduk. Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat
diperhitungkan hanya dari tingkat kelahiran dan tingkat kematian saja.
Bagi negara-negara sedang berkembang migarasi tidaklah berarti dalam
peningkatan jumlah penduduk ataupun dalam pengurangan jumlah
penduduk. Pemindahan penduduk ke luar negeri dari negara-negara yang
sedang berkembang tidaklah mungkin dapat terlaksana lagi guna
mengurangi kepadatan penduduknya. Hal ini disebabkan banyak negara
seperti Australia, Rhodesia dan Suriname tidak bersedia menerima
poerpindahan dari negara-negara sedang berkembang yang padat
penduduknya, dengan alasan kesulitan-kesulitan integrasi sosial dan
rendahnya tingkat skill di negara-negara yang mengalami tekanan penduduk
tersebut.
Akibatnya dengan penurunan tingakt kematian yang cepat dan tetap
tingginya tingkat kelahiran dan kurang efektifitas migrasi, maka
pertumbuhan penduduk akan nampak sangat cepat dan mengakibatkan
terjadinya ledakan penduduk di negara-negara sedang berkembang.
Pemecahan Masalah Kependudukan
Dari pembicaraan mengenai ledakan penduduk yang terjadi di negaranegara
sedang berkembang, dapatlah kita menyimpulkan bahwa masalah
penduduk merupakan masalah yang sangat sukar untuk diatasi. Sebenarnya kita
dapat menerapkan suatu kebijaksanaan dari sudut tingkat kematian untuk
mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu dengan mencegah penurunan
tingkat kematian; atau dengan kata lain meningkatkan adanya kematian. Tetapi
tindakan ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia yang pada
umumnya ingin hidup lama di dunia. Cara lain yaitu dengan mengurangi
kepadatan penduduk di negara-negara sedang berkembang, tetapi karena
rendahnya tingakat skill dan adanya politik restriksi, maka hal ini sulit sekali
dilaksanakan. Oleh karena itu policy/kebijaksanaan terakhir yang nampaknya
akan dapat ditempuh dengan mempenagruhi tingkat kelahiran yang mana cara
ini sudah kelihatan diterima sebagai cara yang layak di negara-negara sedang
berkembang. Program keluarga berencana sudah banyak dilaksanakan oleh
sebagian besar negara-negara sedang berkembang.
Walaupun program keluaraga berencana telah diterima oleh hampir semua
negara yang sedang berkembang, tetapi belum semua penduduk atau semua
orang yang tinggal di negara-negara itu bersedia melaksanakan program
tersebut. Keadaan ini di sebabkan oleh beberapa hal:
1. Adanya kemelaratan dan buta huruf di negara-negara sedang berkembang,
bersama-sama dengan organisasi sosial yang masih bersifat tradisional,
bertindak sebagai penghambat pelaksanaan keluarga berencana tersebut
sekali mengenai pencegahan kehamilan.
2. Perkembangan ilmu obat-obatan dan ilmu kesehatan masih melupakan
faktor-faktor psychology dari orang-oarng yang akan menjadi akseptor.
Ilmu-ilmu tersebut belum dapat menciptakan alat pengontrol kehamilan
yang sungguh-sungguh dapat diterima dan dapat dipakai dengan baik
sehingga dapat mengurangi masalah di negara-negara sedang berkembang.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah dapat menyediakan metode kontrasetip
yang baru dan pemerintah nasional mendorong penduduk untuk memakainya
bukan merupakan masalah yang begitu sulit. Yang sulit adalah agar
pengendalian kelahiran/kehamilan itu dapat diterima oleh semua golongan.
B. PENGANGGURAN
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat
modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya terbuang percuma dan
tingkat pendapatan masyarakat merosot. Dalam situasi seperti ini kelesuan
ekonomi akan berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan
keluarga sehari-hari. Di negara-negara sedang berkembang pengangguran dapat
digolongkan ke dalam 3 jenis yaitu:
Pengangguran yang kelihatan (visible underemployment)
Visible underemployment akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang
sungguh-sungguh digunakan lebih sedikit daripada waktu kerja yang
sanggup/disediakan untuk bekerja. Tegasnya, ini merupakan suatu
pengangguran. Meskipun beberapa dari pengangguran itu terdapat di sektorsektor
kerajinan dan industri-industri sedang amupun besar, namun cukup
penting bagi negara-negara sedang berkembang karena adanya sifat-sifat khas
kegiatan sektor pertanian.
Pengangguran tak kentara (invisible underemployment)
pengangguran tak kentara terjadi apabila para pekerja telah menggunakan
waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik (setelah ada
perubahan-perubahan sederhana dalam organisasi atau metode produksi tetapi
tanpa suatu tambahan yang besar) ke sektor-sektor/pekerjaan lain tanpa
mengurangi output.
Pengangguran potensial (potensial underemployment)
Pengangguran potensial merupakan suatu perluasan daripada disguised
unemployment, dalam arti bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat ditarik
dari sektor tersebut tanpa mengurangi output; hanya harus dibarengi dengan
perubahan-perubahan fundamental dalam metode-metode produksi yang
memerlukan pembentukan kapital yang berarti.
Memanfaatkan Tenaga-Tenaga yang Menganggur
Tenaga-tenaga yang menganggur merupakaan persediaan faktor produksi
yang dapat dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lain untuk
meningkatkan output di negara-negara sedang berkembang. Persediaan tenaga
kerja ini jelas lebih banyak terdapat di daerah-daerah yang padat penduduknya.
Masalah pemanfaatan tenaga menganggur ini menyangkut baik segi penawaran
maupun segi permintaan. Untuk memperluas permintaan akan tenaga kerja
diperlukan adanya pengorganisasian tenaga kerja seperti halnya dengan kapital.
Pembangunan masyarakat desa mungkin merupakan jalan yang baik, karena
hanya diperlukan kapital yang relatif tidak besar. Suatu keuntungan
penggunaan tenaga-tenaga yang menganggur secara musiman yakni tidak
mengurangi tenaga-tenaga yang diperluka untuk mengadakan panenan maupun
penanaman. Industri-industri kecil juga mungkin sekali akan menyerap tenagatenaga
yang menganggur karena musim atau memang secara kronis.
Masalah perluasan penawaran tenaga kerja menimbulkan akibat-akibat
yang lebih luas lagi. Seperti dinyatakan oleh Profesor Leibenstein, kemampuan
untuk menghasilkan lebih banyak tergantung pada kalori yang dimiliki oleh
tenaga kerja itu. Sehingga tidak begitu mudah nampaknya untuk menarik
tenaga kerja dari sektor pertanian yang kemudian ini akan diikuti oleh
penarikan bahan makanan dari sektor pertanian pula seperti dikemukakan oleh
Profesor Ragnar Nurkse. Ketidaksempurnaan pasar dapat menghambat alokasi
sumber-sumber/faktor-faktor produksi secara lebih efisien, jika dalam
masyarakat itu terdapat suatu susnan sosial yang kaku, kurang adanya
spesialisasi, adanya ketidakstabilan faktor-faktor produksi. Masalah-masalah
ini dapat diatasi dengan suatu perancangan dan pengelolaan yang baik, serta
diadakan survey yang mendalam mengenai kemungkinan-kemungkinan
investasi baru yang nantinya akan dapat mengubah sifat-sifat sosial dan
kebudayaan.
Dampak Ekonomis
Masyarakat sangatlah mendambakan tersedianya banyak lapangan
pekerjaan karena keadaan seperti ini berarti dapat dihasilkannya output yang
tinggi dan diperolehnya pendapatan yang tinggi pula. Di samping itu, banyak
kelompok masyarakat yang menganggap bekerja itu mempunyai nilai
tersensiri. Jika angka penganggguran tinggi, maka akan banyak output yang
hilang, pendapatan menurun, dan mmasyarakat menderita batin karena
hilangnya rasa harga diri. Pentingnaya masalah pengangguran tenaga kerja
(kesempatan kerja) dari segi ekonomi dan kerugian besar yang diakibatkan oleh
pengangguran merupakan segi-segi masalah yang ditinjau dalam analisis siklus
ekonomi.
Pengukuran Tingkat Pengangguran
Data mengenai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur
merupakan salah satu jenis data yang dirancang secara cermat dan data
ekonomi yang sangat kmprehensif. Data tersebut dikumpulkan setiap bulan
dengan menggunakan prosedur yang disebut sample acak (random samplingi)
dari seluruh populasi. Setiap bulan dilakukan Tanya jawab terhadap sekitar
60.000 rumah tangga terutama mengenai jenis pekerjaan yang mereka miliki.
Survey tersebut membagi penduduk yang berumur 16 atau lebih ke dalam
tiga kelompok, yaitu:
· Bekerja (employed). Dalam kelompok ini adalah orang-orang yang
melakukan jenis pekerjaan apa saja yang menghasilkan uang, termasuk di
dalamnya orang-orang yang mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang tidak
bekerja karena sakit, melakukan pemogokan, atau sedang berlibur.
· Menganggur (unemployed). Dalam kelompok ini termasuk orang-orang
yang tidak bekerja akan tetapi secara aktif sedang mencari pekerjaan atau
orang-orang yang sedang menunggu untuk kembali bekerja. Lebih tepat
lagi, seseorang disebut menganggur jika ia tidak bekerja dan (a) telah
melakukan upaya-upaya tertentu untuk mendapatkan pekerjaan selama 4
minggu terakhir, (b) diberhentikan untuk sementara dan sedang menunggu
untuk dipanggil kembali bekerja, atau (c) sedang menunggu untuk
melaporkan diri siap bekerja bulan depan. Orang yang tergolong bekerja
atau menganggur dikelompokkan ke dalam angkatan kerja (labor force).
· Tidak termasuk angkatan kerja. Di dalamnya termasuk 34 persen dari
penduduk dewasa yang sedang sekolah, ibu rumah tangga, pensiunan, tidak
mampu bekerja, atau semata-mata tidak bermaksud untuk mencari kerja.
Definisi Pemerintah Mengenai Pengangguran
Orang-orang yang punya pekerjaan adalah tergolong bekerja; orang-orang yang
tidak mempunyai pekerjaan akan tetapi sedang dalam usaha mencari pekerjaan
tergolong pengangguran; orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi
tidak bermaksud untuk mecari pekerjaan tidak dimasukkan dalam kelompok
angkatan kerja. Tingkat pengangguran dihitung dari jumlah orang yang
menganggur dibagi dengan seluruh angkatan kerja.
Penangangguran Ditinjau dari Interpretasi Ekonomi
Sekarang kita beralih dari cara pemerintah menghitung banyaknya
pengangguran ke analisis ekonominya. Untuk menganalisis dan mengenal lebih
jauh struktur pasar tenaga kerja jaman sekarang ini, para ahli ekonomi telah
membagi tiga jenis pengangguran, yaitu: friksional, struktural, dan siklis.
Pengangguran friksional terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu
daerah ke daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain atau
melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda. Bahkan jika suatu
perekonomian berada pada tingkat di mana tidak ada pengangguran pun (full
employment), akan selalu terjadi perputaran (turnover) karena adanya orangorang
yang baru saja menyelesaikan sekolahnya dan mencari pekerjaan, atau
karena perpindahan dari satu kota ke kota lain. Para wanita kemungkinan akan
masuk kembali ke barisan pencari kerja setelah mereka melahirkan anak-anak.
Karean mereka yang tergolong ke dalam pengangguran friksional ini sering
berpindah dari satu tempat pekerjaan ke pekerjaan lain, atau mencari tempat
kerja yang lebih baik, maka mereka ini sering dianggap sebagai penganggur
“sukarela”.
Penganguran struktural menunjukkan terjadinya ketidaksesuain antara
penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena
permintaan atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara pemintaan atas jenis
pekerjaan lain menurun, dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian
dengan cepat atas situasi tersebut. Kita sering melihat ketidakseimbangan
struktural antara berbagai jenis pekerjaan ataupun daerah, di mana sektorsektor
tertentu bertumbuh sementara yang lain mengalami penurunan.
Pengangguran siklis terjadi apabila permintaan tenaga kerja secar
keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun, maka
pengangguran akn meningkat dengan segera di segala bidang. Dalam masa
resesi tahun 1982, tingkat pengangguran meningkat di 48 dari 50 negara
bagian. Kenaikan tingkat pengangguran ini telah memberikan pertanda bahwa
pengangguran ini sebagian besar bersifat siklis.
Perbedaan antara penganguran siklis dengan jenis pengangguran lainnya
membantu para ahli ekonomi untuk melakukan diagnosa terhadap tingkat
kesehatan pasar tenaga kerja. Tingkat penganguran friksional dan struktural
dapat terjadi meskipun pasar tenaga kerja secara keseluruhan berada dalam
tingkat keseimbangan, misalnya ketiak tingkat pertuakaran (turnover) sangat
tinggi, atau ketika ketidakseimbangan geografis sangat besar. Pengangguran
siklis terjadi apabila jumlah kesempatan kerja menurun sebagai akibat dari
terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan
agregat.
Pengangguran Ditinjau dari Sudut Teori Ekonomi Mikro
Tidak ada topik yang menimbulkan kontroversi tajam di kalangan para
ahli ekonomi selain pembahasan mengenai sebaba-sebab terjadinya
pengangguran dalam perekonomian pasar. Ilmu ekonomi mengajarkan bahwa
harga selalu naik atau turun untuk menyeimbangkan pasar kompetitif. Pada
tingkat harga yang telah ditetapkan oleh pasar, para pembeli akan mau membeli
apa yang mau dijual oleh para penjual.
Para ahli ekonomi berpaling ke teori mikro ekonomi untuk mencoba
memahami eksistensi pengangguran ini. Meskipun sampai saat ini belum
ditemukan satu teori yang diterima secara umum, akan tetapi banyak analisis
sseolah-olah bermuara ke satu pendapat bahwa pengangguran itu terjadi karena
tingkat upah tidak cukup fleksibel untuk menyeimbangkan pasar. Berikut ini
kita akn menelaah secara mendalam mengapa tingakat upah bersifat tidak
fleksibel(bersifat kaku) dan mengapa terjadi pengangguran yang tidak
dikehendaki. Kita mengawali analisis terhadap dasar-dasar mikroekonomi dari
teori pengangguran itu dengan melihat satu jenis pasar tenaga kerja tertentu.
Pengangguran sukarela. Adanya pengangguran sukarela ini menguakkan
satu konsep yang sangat penting mengenai penganggura. Satu pereokonomian
mungkin saja berada pada efisiensi puncak meskipunia menciptakan sejumlah
penganggura tertentu. Para pencari kerja yang menganggur secara sukarela
kemungkinan memang memilih untuk menikmati hidup denagn bersenangsenang,
atau melakukan kegiatan lain daripada bekerja dengan tingkat upah
yang berlaku dipasar. Atau mereka mungkin juga tergolong para pekerja yang
tingkat produktivitasnya rendah, yang lebih memilih untuk bersenangsenangdan
bermalas-malasan daripada bekerja dengan tingkat upah yang
berlaku. Ada sejumlah alasan yang tidak terhitung banyaknya mengapa orangorang
memilih secara sukarela untuk tidak bekerja pada tingkat upah yang
berlaku, akan tetapi sebagian dari orang-orang seperti ini akan secara resmi
dihitung sebagai orang yang sedang menganggur.
Perlu kiranya dicatat di sini bahwa pengangguran sukarela ini
kemungkinan akan efisien secara ekonomis, meskipun secara filsuf atau politisi
kemungkianan menyayangkan kenyataan dimana orang-orang tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang mempunyai bayaran tinggi. Sama halnya sepertii
sebuah pabrik membutuhkan suku cadang apabila satu bagian penting dari
mesin mereka rusak, kemungkinan suatu perekonomian pun membutuhkan
juga suku cadang, yaitu para pekerja yang menganggur, yang mau langsung
bekerja apabila terdapat kebutuhan akan tenaga kerja secara mendadak.
Keadaan ini melukiskan mengapa perekonomian modern yang kompleks, yang
bekerja pada tingkat produktifitas puncak, dapat menimbulkan pengangguran.
Pengangguran terpaksa. Untuk memahami pengangguran siklis kita perlu
membangun suatu teri pengangguran terpaksa. Hasil pemikiran Keynes yang
amat cemerlang dibidang ini adalah berupa pendapat yang membiarkan fakta\-
fakta mencorongsatu teori yang indah tetapi tidak relevan. Ia menjelaskan
mengapa kita kadang-kadang melihat pengangguran terpaksa, yaitu periode di
mana para pekerja yang memenuhi kualifikasi tidak mampu untuk
mendapatkan pekerjaan dengan tarif gaji yang berlaku.
Sumber-sumber kekakuan. Teori pengangguran terpaksa mengandaikan
bahwa upah sama sekali tidak fleksibel (kaku). Satu hal yang sangat membantu
analisis ini adalah perbedaan antara pasar lelang (auction market) dan pasar
yang diatur (administered market). Pasar lelang itu merupakan satu pasar yang
sanagt terorganisir dan kompetitif dimana harga-harga naik atau turun untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Untuk pasar tenaga kerja yang berada dibawah pengaruh serikat buruh,
pola gaji dan upah jauh lebih kaku lagi,. Tingkat upah biasanya ditetapkan
untuk masa kontrak tiga tahun; di mana selama periode tersebut tingkat upah
tidak akan disesuaikan, walaupun terjadi kelebihan penawaran maupun
permintaan dalam jenis pekerjaan tertentu.
Teori kekakuan upah serta pengangguran terpaksa menyatakan bahwa
penyesuaian upah yang amat lamban menimbulkan terjadinya kelebihan dan
kekurangan dalam masing-masing pasar tenaga kerja. Akan tetapi, secara
perlahan-lahan pasar tenaga kerja akan memberikan reaksi terhadap kondisi
pasar; gaji untuk jenis pekerjaan yang permintaannya sangat tinggi secara
relatif meningkat lebih cepat dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang amat
sedikit peminatnya. Oleh karena itu, dalam jangaka pendek, pasar tenaga kerja
amat mirip dengan pasar tenaga kerja yang tidak seimbang (non-clearing).
Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Pasar Tenaga Kerja
Orang-orang yang berumur belasan tahun pada umunya mempunyai
tingkat pengangguran yang paling tinggi dari seluruh kelompok demografis
yang ada. Orang-orang kulit hitam yang berumur belasan tahun dalam tahuntahun
terakhir ini mempunyai tingkat pengangguran antara 30 sampai 50
persen.
Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa, terutama untuk golongan kulit
putih, komponen terbesar dari pengangguran yang berumur belasan tahun
merupakan pengangguran friksional. Mereka masuk dan keluar dari angkatan
kerja dan frekwensi yang amat tinggi. Mereka cepat memperoleh pekerjaan dan
seringkali berpindah kerja. Rata-rata lamanya mereka menganggur hanya
setengah dari golonagn dewasa; sebaliknya, rata-rata lamanya satu jenis
pekerjaan adalah 12 kali lebih besar untuk orang-oarang dewasa dibandingkan
dengan mereka yang masih berumur belasan tahun. Dalam tahun-tahun
terakhir, setengah dari orang yang berumur belasan tahun yang menganggur
merupakan “pendatang baru” yang belum pernah bekerja sebelumnya. Semua
faktor ini mengungkapkan bahwa penganggur yang berumur belasan tahun ini
sebagian besar bersifat friksional; Hal ini berarti bahwa pencarian kerja dan
perputaran kerja diperlukan oleh orang-orang muda untuk menyalurkan bakat
mereka, serta untuk memperoleh berbagai pengalaman.
20
KESIMPULAN
A. Penduduk
Salah satu perintang pembangnan ekonomi dinegara-negara yang sedang
berkembang dan sekaligus merupakan cirri negara-negara tersebut adalah adanya
ledakan penduduk. Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negaranegara
sedang berkembang, yaitu :
Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi.
Adanya struktur umur yang tidak favorable.
Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang.
Tidak adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih.
Produktifitas dinegara-negara sedang berkembang adalah rendah sehingga
mengakibatkan rendahnya produksi juga. Karena sebagian besar penduduk
tinggal di desa dan hidupnya sebagian besar berasal dari sector pertanian yang
didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Negara-negara berkembang mempunyai
tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang rendah, hal ini
mengakibatkan adanya segolongan besar usia muda lebih besar proporsinya
daripada golongan penduduk usia muda.
B. Pengangguran
Para ahli ekonomi menggolongkan pengangguran ke dalam tiga kelompok,
yaitu: (a) pengangguran friksional, yaitu para pekerja yang berada di antara satu
pekerjaan dan pekerjaan lain; (b) pengangguran struktural, yaitu para pekerja yang
berada di kawasan-kawasan atau industri-industri yang sedang berada dalam
21
keadaan payah karena harga produk-produknya anjlok, dan (c) pengangguran
siklis, yaitu para pekerja yang di PHK apabila perekonomian secara keseluruhan
mengalami aktivitas yang menurun.
Tinjauan yang mendalam atas angka-angka statistik pengangguran
mengungkapkan beberapa keteraturan, seperti:
(a) Resesi selalu menimpa semua golongan dalam bentunya yang proporsional,
yaitu semua kelompok menaglami tingkat pengangguran naik dan turun dalam
proporsi yang sama dengan tingkat pengangguran dengan secara keseluruhan.
(b) Bagian yang paling besar dari pengangguran adalah bersifat jangak pendek.
Pada tahun-tahun dimana tingkat pengangguran sangat rendah (seperti tahun
1973) lebih dari 90 persen pekerja yang menganggur hanya mengalami
pengangguran selama kurang dari 26 minggu. Lamanya menganggur rata-rata
meningkat sangat tajam dalam resesi yang berat dan berkepanjangan.
(c) Hampir disemua situasi, jumlah yang paling besar dari pengangguran
dikarenakan oleh terjadinya perputaran (turnover), atas kasus-kasus friksional
di mana orang-orang memasuki angkatan kerja untuk pertama kali atau masuk
kembali ke angkatan kerja. Hanya selama masa resesi saja sebagian besar dari
penganggur tersebut orang-orang yang kehilangan pekerjaan.
ABSTRAK
A. Penduduk
Penduduk dinegara-negara sedang berkembang mempunyai tingkat
kelahiran yang tinggi dan mempunyai tingkat kematian yang rendah, sehingga
mengakibatkan adanya ledakan penduduk. Sedangkan produktivitas penduduk
dinegara-negara sedang berkembang adalah rendah sehingga mengakibatkan
rendahnya produksi pula. Karena sebagian besar peduduk tinggal di desa dan
hidupnya sebagian besar berasal dari sektor pertanian, maka hampir semua
penghasilan yang didapatnya akan dikonsumir seluruhnya. Dari banyak penelitian
bahwa faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat
kematian, tingkat kelahiran dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi). Dua
faktor pertama yang sanagt besar peranannya dalam mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk.
B. Pengangguran
Dalam masalah pengangguran terdapat dua tafsiran yang berbeda. Menurut
pihak yang memandang upah fleksibel, orang menganggur karena ia memilih
untuk tidak bekerja dengan tarif yang sedang berlaku. Dalam hal ini, pekerja yang
menganggur lebih memilih pada kenikmatan atau kegiatan-kegiatan bukan-pasar
dari pada bekerja dengan tingkat upah yang berlaku.
Tafsiran yang lain adalah pandangan bahwa pengangguran merupakan
akibat dari tingkat upah yang kaku, tidak fleksibel, atau dari mekanisme pasar
yang tidak pernah bertemu. Pada tingkat upah yang tinggi, sebagian pekerja
memperoleh pekerjaan, tetapi yang alin tidak, walaupu kelompok kedua ini ingin
bekerja denagn tingkat upah tersebut. Pengangguran terpaksa ini jga tidak efisien,
dalam arti bahwa keadaan pekerja dan perusahaan masing-masing bias menjadi
lebih baik dengan jalan mengadakan perundingan kembali mengenai kontraknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please isi yupz